Bahwa Sesungguhnyalah bahwa Pernikahan itu bukan melulu hanya hubungan keperdataan (yang focusnya sarat dengan materi dan harta benda/kekayaan/ untung dan rugi)dan sarana legal hubungan biologis (yang berhub. dengan kegiatan sex) antara pria dan wanita. Tapi juga menyangkut segala aspek2 lainnya (khususnya di dunia Timur dhi Indonesia)Perkawina n/Pernikahan menyangkut juga hubungan kekerabatan, Pertalian Darah, Status Sosial, dsb. nggak kita bahas karena fokusnya bukan ini. tapi coba simak kisah dibawah ini.
Email dari seorang teman ini sangat menggetarkan hati, semoga bermanfaat bagi kita semua ... baik yang sudah maupun belum menikah.
Percayalah ... menikah itu sangat indah!
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi,
usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam.
Pak Suyatno 58 tahun ,
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit dan juga sudah tua.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak,
dan di sinilah awal cobaan menerpa.
Setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba-tiba kakinya lumpuh
dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun.
Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah,
bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV,
supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya
sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang,
sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian
dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi,
sambil menceritakan apa-apa saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi,
Pak Suyatno sudah cukup senang,
bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan sabar dia merawat istrinya,
bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka.
Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa dan tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka
sambil menjenguk ibunya.
Karena setelah anak menikah mereka tinggal dengan keluarga masing-masing
dan Pak Suyatno memutuskan untuk merawat ibu mereka,
yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata,
"Pak kami ingin sekali merawat ibu,
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu,
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak .......
bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu",
dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya
"Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi,
kami rasa ibupun akan mengijinkannya,
kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini ...
kami sudah tidak tega melihat bapak,
kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga oleh anak-anaknya.
"Anak-anakku ...
Jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu,
mungkin bapak akan menikah .....
tapi ketahuilah ...
dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,
dia telah melahirkan kalian ..."
Sejenak kerongkongannya tersekat.
"Kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini
dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.
Coba kalian tanya ibumu
apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan bapak bahagia,
apakah batin bapak bisa bahagia dengan meninggalkan ibumu
dalam keadaan seperti sekarang?
Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?"
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno,
merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno ...
dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu..
"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian)
maka itu adalah kesia-siaan. "
"Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,
dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan matanya,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu-lucu ...
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama ...
dan itu merupakan ujian bagi saya,
apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya?
Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
apalagi ketika dia sakit ..."
Semoga kita selalu memiliki cinta, yang selalu dapat kita bagikan kepada istri, suami, anak-anak serta orang-orang di sekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar