Kamis, 27 Agustus 2009

BELAJAR MENULIS DARI IBN RUSHD

Averroes adalah nama lain Latin untuk Ibn Rushd, yang nama lengkapnya Abu'l-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rushd. Dia lahir di Cordoba (1126-1198) dari keluarga ahli hukum yang dari generasi ke generasi dikenal sebagai qadi dan fiqih. Dia juga dikenal sebagai penjelajah ilmu pengetahuan yang tangguh; menguasai pengetahuan islami dan kesustraan Yunani, seperti fiqh, teologi, ketabiban, astronomi dan juga filsafat. Pada tahun 1182, dia menjadi qadi al-Qudah (jaksa agung) di Cordoba dan Sevilla merangkap sebagai tabib istana menggantikan Ibn-Tufayl rekannya.

Perjalanan sejarah filsafat mencatat Ibn Rushd sebagai filsuf Islam paling berpengaruh dalam periode Skolastik Awal (800-1200) Bahkan karya-karyanya menjadi tulang kokoh perkembangan filsafat Abad Pertengahan (abad 5 - 17). Andai saja Averroes tidak pernah dilahirkan, dan kalau pun lahir dan hidup tetapi tidak berkutat dengan persoalan filsafat, sudah barang tentu perjalanan sejarah filsafat Abad Pertengahan akan berjalan pincang (tambahan pula, perkembangan sejarah teologis kristiani tidak akan seperti sekarang ini).

Sebagaimana diketahui dunia barat dapat berkenalan dengan karya Aristoteles (bukan hanya tentang Logika) secara lengkap dan komprehensif berkat jasa orang-orang Islam dari Arab. Dalam kaitan ini, Ibn Rushd adalah seorang pemikir Islam yang mempengaruhi dunia barat dengan komentarnya yang luas atas karya-karya asli Aristoteles yang sejatinya berbahasa Yunani (ketika itu di barat hanya mengenal bahasa Latin). Selanjutnya, jika pada puncak Abad Pertengahan (sering disebut sebagai periode Skolastik Puncak/abad 12-13) Aristoteles diakui secara menyeluruh sebagai Sang Filsuf Utama, maka Ibn Rushd adalah Sang Komentator Utama atasnya.

Kekokohan bangunan filsafat Ibn Rushd terletak pada penegasan harmonisasi antara teologi (Islam-al-Quran) dan filsafat Aristoteles) , yang secara lengkap tertuang dalam eseinya yang berjudul Fasl al-maqal fima baya al-shari'ah wal-hikmah min ittisal. Menurutnya, agama sejati (Al-Quran) dan akal budi tertinggi (filsafat Aristoteles) tidak dapat dipertentangkan, melainkan satu dan dapat didamaikan. 'Hikyat hiya sahabat al-shari'at wa'ahat al ruzdat', yang artinya "Filsafat adalah sahabat putri dari agama dari saudari sesusu." Demikian sang filsuf berargumentasi.

Ketajaman analisisnya atas karya-karya Aristoteles dan kecerdasan menafsirkan ayat-ayat al-Quran menempatkan Ibn Rushd sebagai seorang pemikir Islam paling berpengaruh. Filsafat Aristoteles dijadikan sebagai 'pisau bedah' dalam membaca ayat-ayat al-Quran. dengan demikian, interpretasi yang tepat atas al-Quran sungguh cocok dengan ajaran sejati Aristoteles 'kebenaran tidak dapat menentang kebenaran'. Allah Aristoteles 'penggerak yang tidak dapat digerakkan', misalnya, adalah juga Allah dalam Ibn Rushd dalam al-Quran 'Allah Maharahim': keduanya sesungguhnya adalah satu prinsip abadi yang dengan kehendak-Nya menggerakkan segala sesuatu di dalam dunia materi dari kekal hingga kekal.

Akhirullkallam, meminjam istilah Petrus Abaelardus (1079-1142), penganut konseptualisme yang unik dari Paris, scito te ipsum, kenalilah dirimu sendiri, rupa-rupanya tepat untuk membaca jejak petualangan intelektual seorang Ibn Rushd.

Pertama-tama kita harus mengenal dan menerima agama yang kita imani sebagai yang benar. Mengenal secara filosofis tidak hanya membaca dan menghafal, tetapi lebih dari itu menyelami kedalamannya dan menjadi satu bagian dari perjalanan hidup kita. Agama harus dipandang sebagai pandangan hidup dan ajaran-ajarannya adalah normanya.

Selanjutnya, Ibn Rushd menghendaki pula agar dalam setiap ruang hening, kita membedah, menafsirkan dan mengalami inti ajaran agama dengan cerdas dan bijak. Belajar dari Ibn Rushd selain kita belajar mengimani Allah secara lebih bertanggungjawab, juga belajar bagaimana menganalisis dan menafsirkan setiap tema dalam kehidupan dengan cerdas dan bijak.

Penulis yakin kalau pun bukan buku agama atau filsafat yang dapat kita tulis, tetapi sepenggal khotbah atau refleksi pribadi pasti akan dapat kita coretkan dengan luapan rasa dan nalar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar